2.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.1
Disusun oleh : Rinda Purwo Saputro
CGP Angkatan 5
SMAN 1 Muara Jawa
Setiap kelas pasti memiliki keunikan yang berbeda beda. Hal ini terjadi karena disetiap kelas terdiri dari berbagai latar belakang sekolah sebelumnya, latar belakang keluarga dan lingkungan tinggal yang beraneka ragam. Terkadang ada kelas yang dirasakan muridnya aktif, ada yang pasif, ada kelas dengan murid berdaya serap cepat dan ada yang lambat. Karenanya dalam mengajar perlu diberi perlakuan dengan cara-cara yang berbeda.
Hal yang bisa dilakukan sebelum mengajar kita harus tahu
murid yang mana yang akan diajar dan dengan kebutuhan seperti apa mereka.
Contoh untuk kelas yang aktif dalam mengajar guru lebih banyak memberi umpan
balik dan mengarahkan pikiran mereka. Berbeda dengan kelas yang pasif, guru
harus lebih banyak menuntun cara berpikir. Untuk kelas dengan daya serap tinggi
tentu harus mendapat yang lebih dengan pengayaan, dan kelas yang lambat harus
lebih bersabar dengan memperbanyak remedial. Dengan keberagaman murid ini tentu
membuat tantangan tersendiri bagi guru dalam mengajar.
Tantangan yang dihadapi adalah guru harus mampu mentransfer
ilmu pengetahuan kepada murid yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Tantangan yang sering dialami dalam mengajar fisika adalah masih lemahnya
kemampuan matematika murid yang berdampak pada kurang maksimalnya kemampuan
murid dalam pemecahan masalah. Tantangan ini harus diatasi dengan meluangkan
sedikit waktu di luar jam pelajaran untuk memberikan remedial berupa penguatan
kemampuan matematika murid.
Untuk
mengakomodasi tantangan terkait dengan keragaman murid hendaknya pembelajaran
itu dirancang dengan berfokus atau berorientasi pada kebutuhan murid. Salah
satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
- Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
- Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
- Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.
- Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
- Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Dapat disimpulkan
bahwa Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan
belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.
Secara sederhana
ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Pembelajaran berdiferensiasi dinilai dapat dengan mudah untuk diterapkan pada pembelajaran dan juga dinilai berhasil. Ada 7 alasan yang mendasarinya yaitu:
1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat
proaktif.
Dalam
kelas, guru perlu selalu berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan
yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan
berbagai cara untuk mengekspresikan dan mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat
kualitatif daripada kuantitatif.
Misalnya,
seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih
tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara murid yang
kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan saja. Menyesuaikan jumlah
tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas.
3.
Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada
penilaian.
Di
sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan
pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman
belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid.
Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif,
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara
terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya.
4. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan
beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk.
Dengan
membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa
yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka
menunjukkan apa yang telah mereka pelajari.
5.
Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada
murid.
Para
guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman akademis
berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk
semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang
tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang
lain.
6. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan
perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual.
Pembelajaran
berdiferensiasi ditandai oleh irama berulang dari melakukan persiapan kelas,
mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk
eksplorasi, ekstensi (pendalaman materi), dan produksi (menghasilkan pekerjaan)
individu atau kelompok kecil.
7.
Pembelajaran berdiferensiasi bersifat
"organik" dan dinamis.
Guru
memantau kecocokan antara kebutuhan murid dan proses pembelajaran mereka serta
membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan.