Coaching Untuk Supervisi Akademik
Oleh
: Rinda Purwo Saputro
CGP
Angkatan 5
Kabupaten
Kutai Kartanegara
SMA
Negeri 1 Muara Jawa
Konsep Coaching secara
Umum
Coaching didefinisikan
sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada
hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa
kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari
coachee. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada
mengajarinya.
Coaching dan Pemikiran Ki
Hajar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara
menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya
kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu
keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun
segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan
sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Proses coaching dijadikan sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat.
Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai
cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan
pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan
semangat among (menuntun).
Keterampilan coaching dan pembelajaran berdiferensiasi
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang
dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Pembelajaran
berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan
bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Sebagai guru, kita semua
tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika
tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka
miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu
keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu
memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai
(profil belajar).
Jika dikaitkan antara keterampilan
coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi tentu ada keterkaitan yang sangat
erat. Minimal ada 5 keterkaitan yang bisa dituliskan yaitu:
- Keterampilan coaching dan pembelajaran
berdiferensiasi memiliki fokus pada memenuhi kebutuhan belajar murid
- Keterampilan coaching dapat menjadi keterampilan
pendukung yang dapat digunakan untuk mengetahui kesiapan belajar murid,
menggali minat dan bakat serta profil belajarnya.
- Keterampilan coaching dapat membantu guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.
- Keterampilan coaching dapat membantu guru membangun Manajemen kelas yang efektif
- Keterampilan coaching dapat membantu guru merencanakan Penilaian berkelanjutan.
Keterampilan coaching
dan pembelajaran sosial emosional
Pembelajaran Sosial dan
Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
oleh seluruh komunitas sekolah. Penerapan pembelajaran sosial dan
emosional bukan hanya mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga
melibatkan keluarga dan komunitas. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang
dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Ada 5 kompetensi social emosional yaitu:
- Memahami, menghayati, dan mengelola emosi
(kesadaran diri)
- Menetapkan dan mencapai tujuan positif
(pengelolaan diri)
- Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
(kesadaran sosial)
- Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif
(keterampilan berelasi)
- Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab)
Jika dikaitkan antara Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dengan keterampilan coaching, ada beberapa hal yang bisa dikaitkan yaitu:
- Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri) adalah bagian dari paradigma coaching
- Paradigma coaching mampu melihat peluang baru dan masa depan dapat membantu murid Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
- Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi) sejalan dengan prinsip coaching
- Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) sesuai dengan prinsip coaching Mindfulness
Secara definisi,
supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di
kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan
berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran
dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak.
Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:
- Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
- Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
- Terencana
- Reflektif
- Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
- Berkesinambungan
- Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik
Pada umumnya pelaksanaan
supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan
dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan
supervisi, dan tindak lanjut. Pada tahap perencanaan, supervisor
merumuskan tujuan, melihat pada kebutuhan pengembangan guru, memilih
pendekatan, teknik, dan model, menetapkan jadwal, dan mempersiapkan ragam
instrumen. Tahap pelaksanaan diisi dengan kegiatan berdasarkan teknik dan model
yang dipersiapkan. Kegiatan bervariasi dari kegiatan individu dan/atau
berkelompok. Salah satu bagian dalam tahapan pelaksanaan supervisi akademik
adalah observasi pembelajaran di kelas atau yang biasanya kita sebut sebagai
supervisi klinis